Berbagai reaksi muncul dari kebijakan
baru Menteri Pendidikan tentang 5 hari sekolah. Model baru alokasi waktu
belajar pelajar ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Nomor 23 Tahun 2017 yang diterbitkan tanggal 12 Juni 2017.
Menurut Rektor Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung Prof. Muhammad Mukri, pemberlakuan 5 hari sekolah
merupakan kebijakan yang seharusnya diwacanakan terlebih dahulu. Sehingga
menurutnya kebijakan ini perlu dipertanyakan motifnya.
"Kebijakan super strategis kok
tidak diwacanakan dulu. Patut dipertanyakn motifnya apa?" ujar Mustasyar
PWNU Provinsi Lampung ini, Senin (12/6).
Hal ini diamini Prof. Aom Karomani
yang juga merupakan Wakil Rektor Universitas Lampung. Ia menegaskan, kebijakan
itu tidak mempertimbangkan aspek sejarah dan sosiologis masyarakat.
"Itu (kebijakan 5 hari sekolah)
akan mematikan ratusan ribu madrasah," tegasnya.
Menurut Wakil Ketua PWNU Provinsi
Lampung itu, kebijakan tersebut mengabaikan realitas sosiologis bangsa
Indonesia yang secara historis bahwa madrasah sudah lama hadir di tengah tengah
masyarakat.
Ia mencontohkan bagaimana sudah lama
madrasah di daerahnya yang sudah eksis dan mandiri dalam pengelolaan institusi
serta memberikan kontribusi besar dan nyata terhadap pendidikan generasi
bangsa.
"Di kampung kami hampir satu abad
madrasah dan pesantren itu mandiri tanpa ada bantuan dari negara. Jika
pendidikan diniyahnya dimatikan dengan kebijakan Mendikbud tersebut maka
lengkaplah pengkhianatan pemerintah terhadap institusi pendidikan
tersebut," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa dua institusi
pendidikan yaitu sekolah dan madrasah, utamanya di desa-desa, sudah sekian lama
berdampingan saling melengkapi untuk mendidik anak anak bangsa. Di pagi hari
fokus kurikulumnya pada pendidikan umum dan madrasah di sore hari fokus
kurikulum pendidikannya pada agama.
"Jadi di masyarakat pedesaan yang
ada madrasah-madrasahnya utamanya seperti itu. Makanya saya menyarankan
hendaknya kajian lapangannya secara sosiologis dipertajam. Jadi kita tidak
berbicara sektoral atau parsial apalagi personal tapi komprehensif untuk
kepentingan anak-anak kita ke depan," pungkasnya. (Muhammad
Faizin/Abdullah Alawi)
Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/78837/sekolah-5-hari-pengkhianatan-mendikbud-kepada-madrasah-diniyah
Posting Komentar
Posting Komentar